Sejarah Peradaban Islam
Sejarah Peradaban Islam
"INVANSI BANGSA MONGOLIA"
- Biografi Bangsa Mongol
Asal mula bangsa Mongol adalah dari
masyatakat hutan yang mendiami Siberia
dan Mongol luar di sekitar danau pegunungan Altani tepatnya dibagian barat Laut
Cina. Sebenarnya mereka itu bukanlah suku Nomad yang berpindah-pindah dari satu
stepa yang lain, walaupun menaklukkan banyak stepa dengan ketangkasannya
menunggang kuda. Pemimpin bangsa mongol di sebut Khan. Khan bangsa Mongol yang
pertama yang diketahui dalam sejarah adalah Yesugei (w. 1175). Ia adalah ayah
Jengis. Jengis aslinya bernama Temujin, seorang pandai besi yang mencuat
namanya karena perselisihan yang dimenangkannya melawan Ong Khan atau Togril,
seorang kepala suku Kereyt. Jengis adalah gelar bagi temujin yang diberikan
kepadanya oleh sidang kepala-kepala suku Mongol yang mengangkatnya sebagai
pemimpin tertinggi bangsa itu pada tahun 1206, yang artinya penguasa Alam
Semesta. Perlu diketahui juga bahwa bangsa Mongol adalah bangsa pemberani dan
tegar dalam berperang.
- 1. Sejarah Agama Bangsa Mongol
Bangsa Mongol tidak memeluk salah satu
agama samawi dari ketiga agama Samawi. Padahal mereka hidup dan berinteraksi
dengan pengikut agama Yahudi, Kristen dan Islam.[1]
Jengis Khan juga menyempurnakan moral masyarakatnya dengan undang-undang yang
dibatnya, yaitu Ilyasa atau Yasaq.[2]
Disamping itu juga, Jengis Khan juga
mengatur kehidupan beragama dengan tidak boleh merugikan antara satu pemeluk
agama dengan yang lainnya. Sebagai konswekwensinya, rakyat Mongol harus
menghormati rajanya, ia juga mendirikan pos untuk mengetahui berita tentang
kerajaannya, ia melarang penyerbuan terhadap agama.
B. 2. Sejarah Perkembangan Bangsa
Mongol
Bangsa yang dipimpinnya itu meluaskan
wilayahnya ke Tibet (Cina
Barat Laut), dan Cina, 1213, serta dapat menaklukkan Beijing
tahun 1215. Ia menundukkan Turkistan
tahun 1218 yang berbatasan dengan wilayah Islam, yakni Khawarazam Syah. Invasi
gubernur Khawarazam membunuh utusan Jengis yang disertai oleh Saudagar Islam.
Peristiwa tersebut menyebabkan Mongol menyerbu wilayah Islam, dan dapat
menaklukkan Transoxania yang merupakan wilayah Khawarazam 1219-1220, padahal
sebelumnya mereka hidup berdampingan secara damai satu sama lain. Kota Bukhara
di Samarkand yang didalamnya terdapat makam Imam Bukhari, salah seorang perawi
hadis yang termasyur, dihancurkan, Balk, dan kota-kota lain yang memiliki
peradaban Islam yang tinggi, di Asia Tengah juga tidak luput dari penghancuran.
Jalaluddin, penguasa Khawarazam yang berusaha meminta bantuan pada Khalifah
Abbasiyah di Bagdad, menghindarkan diri dari serbuan Mongol, ia diburu oleh
musuhnya hingga ke India 1221, yang akhirnya ia lari ke barat. Toluy, salah
seorang anak Jengis, di utus ke Khurasan sementara anaknya yang lain, yaitu
Jochi dan Chaghatay bergerak untuk merebut wilayah sungai Sir Darya bawah dan
Khawarazam.
Wilayah kekuasaan Jengis Khan yang luas
dibagi untuk empat orang putranya sebelum ia meninggal dunia tahun 624/1227.[3]
Pertama ialah Jochi, anak yang sulung mendapat wilayah Siberia bagian barat dan stepa Qipchaq yang
membentang hingga Rusia Selatan, didalamnya terdapat Khawarazam. Namun ia
meninggal dunia sebelum ayahnya wafat, dan wilayah warisannya itu diberikan
kepada anak Jochi yang bernama Batu atau Orda. Batu mendirikan orde (kelompok)
biru di Rusia Selatan sebagai dasar berkembangnya Orde Putih di Siberia Barat.
Kedua kelompok itu bergabung dalam abad ke 14 yang kemudian muncul sebagai
Khanan yang bermacam ragamnya di Rusia, Tiumen, Bukhara,
dan Khiva. Syaibaniyah atau Ozbeg, salah satu cabang keturunan Jochi berkuasa
di Khawarazam dan Transoxania dalam abad ke 15 dan 16.
Kedua adalah Chagutai, mendapat wilayah
berbentang ke timur, sejak dari Transoxania hingga Turkistan Timur atau
Turkistan Cina. Cabang Barat dari keturunan Chagutai yang bermukim di
Transoxania segera masuk ke dalam lingkungan pengaruh Islam, namun akhirnya
dikalahkan oleh kekuasaan Timur Lenk. Sedangkan cabang timur dari keturunan
Chagutai berkembang di Semerechye, Ili,
T’ien Syan di Tamrin. Mereka lebih tahan dari pengaruh Islam, tetapi akhirnya
mereka ikut membantu menyebarkan Islam di wilayah Turkistan Cina dan bertahan
disana hingga abad ke XVII.
Ketiga bernama Ogudai, adalah putra Jengis
Khan yang terpilih oleh dewan pimpinan Mongol untuk menggantikan ayahnya
sebagai Khan agung yang mempunyai wilayah di Pamirs dan Tien Syan.
Keempat ialah Tuli, si bungsu mendapat
bagian wilayah Mongolia
sendiri. Anak-anaknya, yakni Mongke dan Qubulay menggantikan Oguday sebagai
Khan yang agung. Qobulay menaklukkan Cina dan berkuasa disana yang dikenal
sebagi dinasti Yuan yang memerintah hingga abad ke-XIV, yang kemudian
digantikan dengan dinasti Ming. Adalah Hulako Khan,[4]
saudara Mongke Khan dan Qobulay Khan, yang menyerang wilayah-wilayah Islam
sampai ke Bagdad.
- Invasi-Invasi Mongol
Wilayah kultur Arab menjadi jajahan Mongol
setelah Bagdad ditaklukkan
oleh Hulako Khan, 1258. Ia membentuk kerajaan Il Khaniyah yang berpusat di
Tabris dan Maragha. Ia dipercaya oleh saudaranya, Mongke Khan untuk
mengembalikan wilayah-wilayah Mongol di Asia Barat yang telah lepas dari
kekuasaan Mongol setelah kematian Jengis. Ia berangkat dengan disertai pasukan
yang besar untuk manunaikan tugas itu tahun 1253 dari Mongolia. Atas kepercayaan saudaranya itu Hulako
Khan dapat menguasai wilayah yang luas seperti Persia, Irak, Caucasus dan Asia
Kecil sebelum menundukkan Bagdad, ia telah menguasai pusat gerakan Syi’ah
Isma’iliyah di Persia utara, tahun 1256.
Jatuhnya ibu kota
Abbasiyah yang didirikan oleh Khalifah kedua, Al-Mansyur itu, berkaitan erat
sekali dengan seseorang yang bernama Ibnu Al-Qami’. Ia berhasil untuk merayu
pasukan Mongol untuk menyerang Bagdad.
Pada awal tahun 656 H/ 1258 M, Hulako Khan mengirimkan pasukan ke Bagdad
dibawah pimpinan dua Amirnya sebagai pasukan awal sebelum kedatangannya,
kemudian pada tanggal 12 Muharram pada tahun yang sama, pasukan yang
berkekuatan dua ratus ribu personel dan dipimpin langsung oleh Hulako Khan tiba
di Bagdad. Mereka mengepung Bagdad
dari dua arah, barat dan timur, pada akhirnya di adakan perjanjian antara Hulako
dan Mu’tashim. Mu’tashim dikawal tujuh ratus dari kalangan hakim dan, fuqoha’,
orang-orang sufi dan pejabat Negara. Pada akhirnya mereka semua di bunuh oleh
Hulako Khan tidak tersisa sama sekali, hal ini atas permintaan Ibnu Al-Qami’[5]
dan Nashiruddin At-Thutsi.
Demikian juga membunuh sebagian besar
keluarga khalifah dan penduduk yang tak bedosa. Akibat pembunuhan dan perusakan
kota itu timbullah wabah
penyakit lantaran mayat-mayat yang bergelimpangan belum sempat di kebumikan.
Hulako mengenakan gelar Il Khan dan menguasai wilayah lebih luas lagi hingga ke
Syiria utara seperti kota Aleppo, Hama
dan Harim.
Selanjutnya Ia ingin merebut Mesir, tetapi malang, pasukan mamluk rupanya lebih kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan Mongol dapat dipukul di ‘Ain Jalut, Palestina, tahun 1260 sehingga mengurungkan niatnya melangkahi Mesir. Ia sangat tertarik pada bangunan dan arsitektur yang indah dan filsafat.
Selanjutnya Ia ingin merebut Mesir, tetapi malang, pasukan mamluk rupanya lebih kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan Mongol dapat dipukul di ‘Ain Jalut, Palestina, tahun 1260 sehingga mengurungkan niatnya melangkahi Mesir. Ia sangat tertarik pada bangunan dan arsitektur yang indah dan filsafat.
Hulako yang memerintah hingga tahun 1265
digantikan oleh anaknya, Abaqa, 1265-1282. Ia sangat menaruh perhatian kepada
umat Kristen karena pengaruh janda ayahnya yang beragama Kristen Neustorian,[6]
yakni Doqus Khatun. Orang-orang Mongol Il Khaniyah ini bersekutu dengan
orang-orang salib, penguasa Kristen eropa, Armenia
cilicia untuk melawan Mamluk dan keturunan-keturunan saudaranya sendiri dari
dinasti horde keemasan (golden horde) yang telah bersekutu dengan Mamluk,
penguasa muslim yang berpusat di mesir.
Dinasti Il Khaniyyah lama kelamaan renggang
hubungannya dengan saudara-saudaranya di timur, terutama setelah meninggalnya
Qubulay khan tahun 1294. Bahkan mereka yang menguasai barat sampai Bagdad itu
karena tekanan kultur Persia
yang Islam, berbondong-bondong memeluk agama Islam seperti Ghazan Khan dan
keturunannya. Penguasa
Il
khanniyah terakhir ialah Abu Sa’id. Ia berdamai dengan Mamluk tahun 1323 M,
yang mengakhiri permusuhan kedua kekuasaan itu untuk merebut Syiria.
Perselisihan dalam tubuh Il Khaniyah sendiri menyebabkan terpecahnya kerajaan
menjadi dinasti kecil-kecil yang bersifat lokal. Mereka hanya dapat
dipersatukan kembali pada masa Timur Lenk yang berbentuk dinasti Timurriyah
yang berpusat di Samarkand.
Sebagian wilayah Il Khaniyyah yang yang
berada yang berada di kawasan Arab seperti Iraq,
Kurdistan dan Azebaijan,
diwarisi oleh dinasti Jalayiriyah. Jalayiriyah adalah suku Mongol yang
mengikuti Hulako ketika menaklukkan negeri-negeri Islam. Dinasti ini didirikan
oleh Hasan Kuchuk (kecil) dari dinasti Chupaniyah, musuh bebuyutannya yang
memerintah sebagai gubernur di Anatolia di bawah sultan Abu Sa’id, penguasa
terakhir dinasti Il Khaniyah, dan memusatkan kekuatannya di Bagdad. Dimasa
Uways, pengganti Hasan Agung, Jalaliriyyah baru memiliki kedaulatan secara
penuh. Ia dapat menundukkan Azerbaizan, namun mendapat perlawanan dari dinasti
Muzaffariyah din Khan-Khan horde keemasan. Mereka akhirnya dikalahkan oleh Qara
Qoyunlu.
Dari sini dapat dilihat, bahwa kultur Islam
yang ada dikawasan budaya Arab seperti Iraq dan Syiria serta sebagian Persia
sebelah barat, walaupun secara politis dapat ditaklukkan oleh Mongol, tetapi
akhirnya Mongol sendiri terserap kedalam budaya Islam. Dapatkah kiranya
disimpulkan bahwa akar budaya Islam dikawasan budaya Arab di pemerintahan bukan
hanya dynasti berbangsa Arab saja tetapi siapa yang kuat akan memerintah
wilayah tersebut. Dinasti-dinasti silih berganti menguasai wilayah itu dan yang
langgeng ialah kekuasaan dari bangsa arab sendiri, baik pada masa klasik maupun
masa modern ini.[7]
- Dampak Kekuasaan Mongol
Apa dampak positive maupun negative
kekuasaan mongol terhadap wilayah islam yang ditundukkannya ?. Dampak negative
tentu lebih banyak dibandingkan dampak positifnya. Kehancuran tampak jelas
dimana-mana dari serangan mongol sejak dari wilayah timur hingga kebarat.
Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang
indah-indah dan perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku
memperburuk situasi ummat islam. Pembunuhan terhadap umat Islam terjadi, bukan
hanya pada masa Hulako saja yang membunuh khalifah Abbasiyah dan keluarganya,
tetapi pembunuhan dilakukan juga terhadap umat Islam yang tidak berdosa.
Seperti yang dilakukan oleh Argun Khan ke 4 pada masa dinasti Il Khaniyah
terhadap Takudar sebagai Khan ketiga yang dihukum bunuh karena masuk Islam,
Argun Syamsuddin, seorang administrator dari keluarga Juwaini yang tersohor di
hukum mati tahun 1284, Syamsuddin penggantinya juga dibunuh tahun 1289, dan
Sa’id ad-Daulah yang orang Yahudi itu dihukum mati pula pada tahun 1289.
Bangsa mongol yang asal mulanya memeluk agama
nenek moyang mereka, lalu beralih memeluk agama Buddha, rupanya bersimpati
kepada orang-orang Kristen yang bangkit kembali pada masa itu dan
menghalang-halangi dakwah Islam di kalangan mongol, yang lebih fatal lagi
adalah hancurnya Bagdad sebagai pusat dinasti Abbasiyah yang di dalamnya
terdapat berbagai macam tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan, hilang
lenyap dibakar oleh Hulako. Suatu kerugian besar bagi khazanah ilmu pengetahuan
yang dampaknya masih dirasakan hingga kini.
Ada pula dampak positif dengan berkuasanya
dinasti Mongol ini setelah para pemimpinnya memeluk agama Islam. Mengapa mereka
dapat menerima dan masuk agama Islam? Antara lain adalah disebabkan karena
mereka berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat Muslim dalam jangka panjang,
seperti yang dilakukan Gazhar Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam sebagai
agama resmi kerajaan, walaupun ia pada mulanya beagama Buddha. Rupanya ia telah
mempelajari ajaran agama-agama sebelum menetapkan keislamannya,
dan
yang lebih mendorongnya masuk islam adalah karena pengaruh seorang menterinya,
Rasyiduddin yang terpelajar dan ahli sejarah yang terkemuka yang selalu
berdialog dengannya, dan Nawruz, seorang Gubernurnya untuk berapa provinsi
Syiria. Ia menyuruh kaum Kristen dan Yahudi untuk membayar Jizrah, dan
memerintahkan mencetak uang yang bercirikan Islam, melarang riba’, dan
menyuruuh para pemimpinnya menggunakan sorban. Ia gemar pada seni dan ilmu
pengetahuan, menguasai beberapa bahasa seperti Mongol, Arab, Persia,
Cina,
Tibet
dan Latin. Ia mati muda ketika berumur 32 tahun, karena tekanan batin yang
berat sehingga ia sakit. Yang menyebabkan kematiannya itu ketika pasukannya
kalah di Syiria dan munculnya sebuah komplotan yang berusaha untuk menggusurnya
dari kekuasaannya. Sepeninggal Gazan digantikan oleh Uljaitu Khuda Banda
(1305-1316) yang memberlakukan aliran Syi’ah sebagai hukum resmi kerajaannya.
Ia mendirikan ibu kota baru
yang bernama Sultaniyyah dekat Qazwain yang dibangun dengan arsitektur khas Il
Khaniyyah. Banyak koloni dagang Italia terdapat di Tabriz,
dan Il Khaniyyah menjadi pusat pedagangan yang menghubungkan antara dunia Barat
dan India serta timur jauh.
Namun perselisihan dalam keluarga dinasti Il Khaniyyah menyebabkan runtuhnya
kekuasaan mereka.
[1] Kepercayaan keagamaan orang-orang Mongol dan praktek ritual
ibadahnya adalah mengikuti faham Shamanism, yaitu menyembah matahari dan
bersujud kepadanya ketika terbit, dan diantara syariatnya adalah tidak
mengharamkan apapun kepada pengikutnya untuk makan hewan apa saja yang mereka
temui meskipun sudah menjadi bangkai. Adapun agama-agama samawi yang sampai di
tengah-tengah mereka karena factor invasi bangsa Mongol itu sendiri, misalnya
adama Islam pengaruh dari Persia dan daerah-daerah Golden Holde, agama budha
pengaruh dari Tibet dan Persia dan agama Kristen dating dari eropa. Lihat :
David Morgan, The Mongols(Cambridge : Black Well, 1986), 40-41.
[2] Diantara ajaran yang terdapat dalam kitab Ilyasa adalah 1.
Barangsiapa yang melakukan hubungan di luar nikah, maka harus dibunuh, baik
yang sudah pernah menikah ataupun belum. 2. Barangsiapa yang melakukan hubungan
seksual akan dibunuh. 3. Barangsiapa yang berdusta dengan sengaja, maka
dibunuh. 4. Barangsiapa yang menyihir, maka akan dibunuh. 5. Barang siapa yang
buang air kecil di air yang tidak bergerak, maka akan dibunuh. 6. dan
lain-lain. Lihat Ibnu Al-Kamil Fi at-Tarikh (Beirut : Dar al-Fikr, 1986), jilid
XII. 360
[3] Tujuan pembagian wilayah imperium tersebut sebenarnya adalah untuk
menciptakan administrasi yang kokoh, akan tetapi yang terjadi sebaliknya, yaitu
merangsang sejumlah peertempuran untuk merebutkan kekuasaan di kalangan
keturunan Jengis Khan, yaitu merrebutkan warisan ayahnya.
[4] Hulako khan dilahirkan semasa hidup Jengis Khan tepatnya sepuluh
tahun sebelum kematian Jengis Khan tahun 614 H/ 1217 M. Nasab keturunannya
sebagaimana dikatakan oleh sejarawan adalah Hulako Khan bin Tuli Khan bin
Jengis Khan. Ibnu Katsir mengatakan : Hulako Khan adalah Raja Mongol bin Raja
Mongol. Ia adalah anak dari raja-raja mereka. Hulako Khan adaah raja yang
dictator, sadis dan tidak bermoral. Ia bantai kaum muslimin di timur dan barat
dalam jumlah yang besar dan hanya Allah yang tahu berapa jumlahnya, dan dia
tidak menganut agama apapun. Lihat : Al-Bidayah wa an-Nihayah, jilid XIII, 248.
[5] Ia adalah seorang perdana menteri yang beraliran Syi’ah Rafadh.
Pada tahun 642 H/1244 M, khalifah dinasti Fathimiyyah, Mu’tashim Billah
mengangkat perdana menteri dari aliran Syi’ah Rafadh. Perdana menteri ini
sangat berambisi untuk merampas tahta khalifah dari tangan Abbasyyiah kemudian
diserahkan kepada dinasti Fathimiyyah, dan kesempatan emas dia peroleh tatkala
pasukan Mongol menyerbu wilayah-wilayah Islam.
[6] Kristen Nestorian adalah sekte Kristen pengikut Nestor yang
bijaksana, tetapi dalam komentarnya Ahmad Fahmi editor al-Milal wa an-Nihal
menyatakan bahwa ada pendapat yang menyebut tentang penisbatan nama Nestorian
kepada Nestorius, yaitu seorang pendeta di Constatinopel yang menyatakan
Mariyam tidak melahirkan Tuhan, akan tetapi melahirkan manusia, akan tetapi
kehendaknya sama dengan Tuhan, sedangkan zatnya berbeda. Sekte ini berada di Persia, Iraq, Jazirah Arab.
[7] Nourouzzaman Shiddiq, H., H., Dr., pengantar Sejarah Muslim, (
yogyakarta : mentari masa yogyakarta, cetakan ke II, 1989), hal. 74